Banjir akibat luapan Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat,
berangsur-angsur surut, namun ketinggian air di hilir yang meliputi
Tuban, Lamongan, dan Gresik, masih merangkak naik dengan status Siaga II
dan III.
Kepala Seksi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom
di Bojonegoro, Jumat, mengatakan turunnya ketinggian air Bengawan Solo
di daerah itu karena tidak ada tambahan air hujan dari daerah hulu dan
lokal.
Namun, katanya, ketinggian air di daerah hilir, mulai
Tuban, Babat, Lamongan, dan Gresik, masih berpotensi merangkak naik,
karena menyangkut perjalanan air banjir.
"Sepanjang tidak
ada tambahan hujan, air banjir di hilir Jatim akan surut, apalagi
sudetan Plangwot-Sedayu Lawas ke Laut Jawa di Tuban yang mampu
mengalirkan debit banjir sekitar 600 meter kubik per detik berfungsi
normal," katanya.
Berdasarkan pemantauan, ketinggian air
Bengawan Solo di papan duga di Bojonegoro sempat mencapai 14,91 meter
(Siaga II), Kamis (3/1) pukul 24.00 WIB.
"Ketinggian air
14,91 meter itu sempat bertahan beberapa jam, kemudian berangsur-angsur
surut menjadi 14,81 meter (Siaga II), pagi ini pukul 06.00 WIB,"
katanya.
Begitu pula, katanya, ketinggian air di
Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari Kota
Bojonegoro, turun menjadi 26,75 meter, yang semula tertinggi 27,72
meter, Kamis (3/1) pukul 12.00 WIB.
Ketinggian air Bengawan
Solo di Babat naik menjadi 7,83 meter (Siaga II), Plangwot/Laren 5,66
meter (Siaga III), Karanggeneng 4,11 meter (Siaga III), semuanya di
Lamongan dan di Kuro Gresik juga masih naik 1,95 meter (Siaga II).
Pada kesempatan terpisah, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro MZ Budi Mulyono menyatakan banjir
luapan Bengawan Solo di wilayahnya itu merendam sedikitnya 48 desa di
sejumlah kecamatan, di antaranya Kecamatan Kota, Dander, Trucuk,
Baureno, dan Kanor.
Selain itu, desa-desa yang dilanda
banjir bandang dan luapan anak Bengawan Solo, seperti di Kecamatan
Temayang dan Dander.
"Meskipun ada 688 kepala
keluarga (KK) yang terkena dampak banjir, tapi warga belum mengungsi,
masih bertahan di rumahnya masing-masing," katanya.
Banjir
di wilayah setempat, juga merendam sedikitnya 1.794 hektare tanaman
padi, di antaranya 500 hektare lebih siap panen dan tanaman palawija
seluas 262 hektare.
"Tanaman padi yang terendam banjir yang sudah siap panen jelas rusak," kata Kepala BPBD Kasiyanto.(ant)
0 comments:
Post a Comment